Pilihan orang tua
Pilihan yang bagus itu merupakan hasil dari pilihan bersama, dan dipikirkan secara matang, pilihan yang bagus untuk diri kita tidak selamanya berasal dari diri kita sendiri, adakalanya berasal dari orang lain, dan juga dari orang tua. Begitupun saya, mengenai pendidikan hingga memasuki SMA pun masih orang tua yang memilihkan pilihan dimana sekolah yang terbaik menurut orang tua saya.
Dari awal sekolah hingga sekarang, saya mau tidak mau mempercayakan pendidikan saya kepada orang tua saya, maksud dari mau tidak mau ini, karena pada waktu kecil pastilah saya belum bisa memilih, jadilah saya mengikuti kehendak orang tua saya.
Bingung menentukan Pilihan biarkan orang tua yang menentukanya karena pilihan orang tua adalah pilihan Tuhan |
source gambar : ariesusilo.info
Di mulai dari TK, saya beruntung bisa memasuki TK, sedangkan banyak teman-teman SD saya yang lain tidak bisa menikmati jenjang pendidikan TK, memang terdengar sepele, namun ketika sekarang ditanya, TK sepertinya menjadi salah satu jenjang pendidikan yang wajib dimasuki. Orang tua saya memilihkan saya sebuah TK di bawah yayasan Kepolisian, maksudnya TK ini berada di dekat BRIMOB, dan yang menjadi andalannya adalah seragam polisinya. Banyak teman-teman saya bangga mengenakan seragam polisi mereka yang diberika oleh TK, tapi saya tidak, sejak kecil saya tidak mau menjadi polisi, entah mengapa saya tidak merasa tertarik menjadi polisi. Sedangkan teman saya yang lain begitu menginginkan menjadi polisi.
source gambar : speedfreak79.wordpress.com
Lalu memasuki SD, lagi-lagi sekolah saya dipilihkan oleh orang tua, dan saya yakin waktu itu sekolah yang dipilihkan oleh orang tua saya merupakan sekolah terbaik, sampai saya mengenal sekolah lain yang lebih baik. Dan pada saat itu saya tidak mengetahui Sekolah mana yang baik, karena pikiran saya tertutup saat itu. Semua berjalan lancar hingga kelas 5 SD ketika itu saya lebih banyak bergaul dengan kakak kelas saya dibanding teman sekelas saya, saya masih ingat kakak kelas saya yang sangat saya kagumi karena kepintarannya, nofal, kalau tidak salah itu namanya. Dia bisa hapal semua Negara berikut ibukotanya, dulu saya senang membaca buku sejarah, dan geografi (IPS), selain itu saya juga senang dengan kejadian alam disekitarnya yang terdapat dalam buku pelajaran IPA. Saya tidak suka dulu dengan pelajaran matematika, mungkin karena gurunya. Mungkin karena saya menyukai pelajaran itulah makanya saya banyak bergaul dengan kakak kelas saya, dan ketika mereka beberapa bulan lagi akan tamat, saya kecewa, karena takut kehilangan teman saya tersebut. Saya mengungkapkan kekecawaan ini kepada teman saya itu. Dan dia menyarankan saya untuk lompat kelas. Dia mungkin yakin saya bisa, tapi saya kira itu hanya guyonan biasa.
Semua berlalu, semua kakak kelas saya tamat, dan saya naik kekelas 6 SD, pada awalnya saya kesepian karena tidak ada teman diskusi pada saat itu, ya di kelas saya yang sekarang ini, saya rasa tidak ada orang yang special, yang bisa saya ajak berdiskusi. Pada saat kelas 5 SD kakak kelas saya sering berdiskusi antara mereka, dan saya juga sering terlibat diskusi dengan mereka. Lalu saya mendengar mengenai banyak sekolah pada saat itu, ketika saya terpilih menjadi salah satu pelajar dari sekolah saya untuk mengikuti cerdas cermat antar pelajar SD. Saya bangga dapat mengenal banyak orang, pikiran saya terbuka, dan baru saya sadari kalau sekolah saya bukan merupakan sekolah terbaik yang ada. Namun dengan prestasi saya yang mampu mewakili kecamatan saya untuk cerdas cermat tingkat kota dan disini saya gagal,dan saya bangga menjadi satu-satunya orang disekolah yang mencapai prestasi tersebut. Dan yang membuat saya bangga lagi, pertama kalinya Kepala sekolah masuk kekelas saya hanya untuk menyampaikan kalau saya menang cerdas cermat antar kecamatan, biarpun hanya antar kecamatan, namun saya bangga. Saat SD pun saya pernah mendengar menganai jenjang SMA yang siswa-siswanya nanti akan dilakukan penjurusan ke 2 Program Studi yaitu IPA dan IPS, dan begonya lagi pada saat itu saya pingin sekali pada saat SMA nanti saya masuk ke kedua jurusan tersebut karena alasan kalau saya menyukai pelajaran IPA dan Matematika dan juga saya menyukai Pelajaran Sejarah dan Geografi di IPS
Lalu perjalanan saya dilanjutkan ke SMP, pada saat ini saya sudah tahu bagaimana tentang SMP dan sekolah-sekolah yang bagus, saya sempat menentukan pilihan, ke salah satu SMP ternama namun lagi-lagi orang tua saya harus mempunyai pilihan lain, ditambah lagi karena keadaan pada saat itu tidak mendukung, ya pada saat itu rumah kami terlalu jauh dari SMP yang saya idam-idamkan tersebut, jadilah saya di masukkan ke SMP yang paling dekat dengan rumah. Di SMP ini cerita saya biasa-biasa saja, tidak secemerlang di SD, dan saya juga masih suka berteman dengan kakak kelas saya. Di SMP, pada saat kelas 3 SMP saya mendapat undangan untuk mendaftar ke SMA ternama di kota saya, saya sangat senang dan saya juga ikut mendaftar, namun sayang saya gagal. Orang tua saya memang setuju saya masuk ke SMA idaman saya tersebut, dan dia mau menyediakan saya motor, untuk transportasi saya, memang pada saat itu saya masih naik sepeda ke SMP saya.
Karena gagal pada test tersebut saya jadi tidak berminat masuk sekolah manapun saat itu, orang tua hanya menyarankan kesekolah terdekat saja, lagi-lagi alasannya karena agar dekat dari rumah, ya saya hanya menurutinya. Dan hingga beberapa saat yang lalu saya sempat menyesal dengan pilihan orang tua saya, namun akhirnya saya sekarang sadar, kalau tidak orang tua saya yang memilihkan sekolah saya, mungkin saya tidak begini, bertemu dengan orang-orang yang dapat membentuk jati diri saya, orang-orang yang membentuk karakter saya, memang saya rasa pas pilihan orang tua saya. Namun terkadang juga saya menyesal dengan pilihan itu, saya menyesal karena mengapa saya harus bersekolah di sekolah saya yang sekarang ini? menyesal rasanya kadang. Jujur, sekolah saya memang bukan sekolah unggulan dan saya rasa hanya sekolah biasa yang kemampuan lulusannya dibawah standar rasanya. Menyesal aku karena aku rasa aku tidak cocok bersekolah disiini, dan ini bukan merupakan keinginanku. Entahlah tapi aku harus menjalaninya. Ambil saja hikmahnya, mungkin kalau berbeda lagi apa yang aku hadapi, berbeda juga aku sekarang.
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :